Kali ini saya akan mereview mengenai tahapan -
tahapan yang harus dilalui oleh auditor sebelum merencanakan suatu proses
audit. Karena ini merupakan tugas kelompok, maka saya akan memperkenalkan
anggota kelompok kami yaitu :
Indri Zulis Suryani C1C010064, Cynthya Rismalia
C1C010070, Dita Septi P C1C010084, Linda Kusuma W C1C010042, dan Reni Setiyani
C1C010034.
Kembali ke materi, mungkin masih ada yang belum
tahu kalau tahapan dalam perencanaan audit itu ada tujuh tahap. Berikut tujuh
tahap yang harus dilalui dalam merencanakn proses audit :
1. Memahami bisnis dan industri klien
Dalam memahami bisnis dan industri klien, auditor
dapat mereview pengalaman sebelumnya tentang entitas baik berupa kebijakan
klien ataupun pengendalian intern. Selain itu, auditor juga dapat berdiskusi
dengan orang dalam entitas, diskusi dengan auditor lain yang pernah memberikan
jasa kepada entitas, melakukan kunjungan ke tempat atau pabrik entitas, serta
dapat dilihat dari dokumen yang dihasilkan oleh entitas.
2. Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik meliputi penandingan jumlah -
jumlah yang tercatat atau rasio yang dihitung dari jumlah - jumlah yang
tercatat dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan
dari prosedur analitik ini yaitu, meningkatkan pemahaman auditor atas usaha
klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit berkahir
dan mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan tentang audit.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas
awal
Materialitas awal pada
tingkat laporan perlu ditetapkan oleh auditor karena pendapat auditor atas
kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai
keseluruhan. Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor
pada tahap perencanaan audit karena untuk mencapai simpulan tentang
kewajaran laporan keuangan sebagai keseluruhan, auditor perlumelakukan
verifikasi saldo akun.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan
Auditor berusaha untuk
membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada
akhir audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan
secara keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan audit merupakan tahun
pertama.
Auditor harus memperoleh bukti audit yang
kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa saldo awal tidak mengandung salah saji
material terhadap laporan keuangan tahun berjalan, saldo penutup tahun
sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun yang berjalan, dan kebijakan
akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.
6. Mengembangkan strategi audit awal
terhadap asersi signifikan
Karena
keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit,
auditor dapatmemilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap
asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal yang
dapat dipilih oleh auditor:
a. primarily
substantive approach
b. lover assessed level of control risk approach
7. Mereview informasi yang berhubungan dengan
kewajiban - kewajiban legal klien
Auditor perlu memahami kewajiban - kewajiban legal
dalam perjanjian - perjanjian yang menyangkut klien. Informasi tersebut
biasanya tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, perjanjian
persekutuan, notulen rapat direksi dan pemegang saham, kontrak, peraturan
pemerintah yang secara langsung menyangkut klien, dan arsip korespondensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar