Rabu, 20 Maret 2013

Memahami Tahapan Perencanaan Audit


Kali ini saya akan mereview mengenai tahapan - tahapan yang harus dilalui oleh auditor sebelum merencanakan suatu proses audit. Karena ini merupakan tugas kelompok, maka saya akan memperkenalkan anggota kelompok kami yaitu :
Indri Zulis Suryani C1C010064, Cynthya Rismalia C1C010070, Dita Septi P C1C010084, Linda Kusuma W C1C010042, dan Reni Setiyani C1C010034.
Kembali ke materi, mungkin masih ada yang belum tahu kalau tahapan dalam perencanaan audit itu ada tujuh tahap. Berikut tujuh tahap yang harus dilalui dalam merencanakn proses audit :
1. Memahami bisnis dan industri klien
Dalam memahami bisnis dan industri klien, auditor dapat mereview pengalaman sebelumnya tentang entitas baik berupa kebijakan klien ataupun pengendalian intern. Selain itu, auditor juga dapat berdiskusi dengan orang dalam entitas, diskusi dengan auditor lain yang pernah memberikan jasa kepada entitas, melakukan kunjungan ke tempat atau pabrik entitas, serta dapat dilihat dari dokumen yang dihasilkan oleh entitas. 
2. Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik meliputi penandingan jumlah - jumlah yang tercatat atau rasio yang dihitung dari jumlah - jumlah yang tercatat dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan dari prosedur analitik ini yaitu, meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit berkahir dan mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan tentang audit.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal 
Materialitas awal pada tingkat laporan perlu ditetapkan oleh auditor karena pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan. Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan audit karena untuk mencapai simpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagai keseluruhan, auditor perlumelakukan verifikasi saldo akun.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan
Auditor berusaha untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan audit merupakan tahun pertama. 
Auditor harus memperoleh bukti audit yang kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa saldo awal tidak mengandung salah saji material terhadap laporan keuangan tahun berjalan, saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun yang berjalan, dan kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.  
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit, auditor dapatmemilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor:
a.      primarily substantive approach
b.      lover assessed level of control risk approach
7. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban - kewajiban legal klien
Auditor perlu memahami kewajiban - kewajiban legal dalam perjanjian - perjanjian yang menyangkut klien. Informasi tersebut biasanya tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, perjanjian persekutuan, notulen rapat direksi dan pemegang saham, kontrak, peraturan pemerintah yang secara langsung menyangkut klien, dan arsip korespondensi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar